Renungan Di Bawah Hujan, Bagian 3 (Bagian Terakhir)

Selamat pagi dan salam sejahtera buat kita semua, semoga kita selalu diberi kesehatan dan rahmat-Nya di dunia ini. Pada kesempatan kali ini saya akan memposting Bagian terakhir dari Renungan Di Bawah Hujan, selamat membaca.

Bagian 3 Akhir Dari Sebuah Kebencian
Pada pagi yang cerah, sinar matahari menembus dari sela sela jendela dan membangunkan Tetsu yang tengah tidur dengan damai di atas ranjangnya, merasa terusik dengan sinar matahari yang menyilaukan, akhirnya Tetsu bangun dari ranjangnya dan keluar dari kamar untuk melakukan ritual paginya. Setelah selesai dengan ritual paginya Tetsu pergi menuju ruang makan untuk sarapan, saat di ruang makan ia tidak melihat Neneknya ada di sana, tapi ia melihat sebuah surat yang diletakkan atas meja makan “Tetsu, Nenek minta maaf tidak bisa menemanimu sarapan, Nenek ada urusan penting dan harus segera pergi. Nenek sudah menyiapkan sarapan di meja makan, jadi kamu tidak usah membuat sarapan lagi” Begitulah isi dari surat yang diberikan Nenek Tetsu untuknya. Setelah Tetsu memakan sarapannya, ia lalu pergi ke kamar dan membaca buku baru yang tidak sempat ia baca kemarin malam, saat sampai di kamar ia baru sadar akan 2 hal, yang pertama adalah ia ada kencan dengan Kaoru dan yang kedua adalah buku favoritnya akan dijual pada hari ini, karena baru sadar kalau ia ada kencan dengan Kaoru, ia segera melihat handphonenya untuk mengecek apa ada pesan masuk dari Kaoru, setelah mengecek handphone hasilnya nihil, ia tidak mendapat pesan dari Kaoru tentang kencan mereka hari ini, Tetsu merasa heran karena biasanya Kaoru lah yang paling bersemangat jika berurusan dengan yang namanya kencan dan jalan jalan, ia mencoba untuk mengirim pesan untuk Kaoru tentang kencan mereka hari ini, sambil menunggu balasan dari Kaoru, Tetsu melanjutkan kegiatannya yang tadi tertunda yaitu membaca buku baru miliknya.
Setelah terlalu dalam masuk ke dunia buku yang ia baca, tanpa sadar Tetsu sudah menghabiskan waktu sekitar 3 jam dalam dunianya itu, ia segera mengecek kembali handphonenya dan lagi lagi tidak ada sms dari Kaoru, karena heran ia memutuskan untuk menelpon Kaoru, tapi hasilnya sama, Kaoru tidak mengangkat telepon dari Tetsu. Saat Tetsu masih heran dengan apa yang terjadi dengan Kaoru, tanpa sengaja ia melihat kearah jendela dan melihat kalau langit sudah tidak cerah lagi melainkan sudah gelap tertutup awan hitam. Melihat langit yang gelap seperti itu membuat perasaan Tetsu tidak tenang, dan benar saja, baru beberapa menit ia berprasangka seperti itu langit sudah menumpahkan air hujan dan tidak cuma air hujan saja, melainkan sambaran petir yang hebat turut mengiringi turunnya air hujan, lalu tiba tiba handphone Tetsu mendapat panggilan masuk yang tidak lain adalah Kaoru.
Kaoru “ Tetsu aku ingin minta maaf, sebenarnya tadi aku dilarang Ayahku untuk pergi keluar, karena Ayahku merasakan kalau hari ini akan hujan lebat, dan ternyata benar ”
Tetsu “ Tidak apa Kaoru, kita masih bisa jalan jalan ke kebun binatang minggu depan “
Kaoru “ Baiklah Tetsu. Dan tiket ini jadi percuma ya ? “
Tetsu “ Tiket apa ? “
Kaoru “ Ups maaf aku keceplosan, hmmm ya, kau ingat tentang perkataanku soal kejutan ? “
Tetsu “ Tentu saja, memangnya tiket apa itu ? “
Kaoru “ Tiket untuk menonton musik klasik “
Tetsu “ Musik klasik ? Tunggu, kenapa kau tidak bilang dari kemarin ? “
Kaoru “ Karena aku ingin memberi kejutan untukmu, kamukan suka musik klasik, maaf ya Tetsu”
Tetsu “ Sayang sekali, tapi tak apa, masih ada hari yang lain “
Kaoru “ Ya, kalau begitu kututup dulu ya, aku harus membantu ibuku, Bye “
Tetsu “ Ya, bye “
Setelah menutup telpon dari Kaoru amarah Tetsu mulai memuncak, pertama ia tidak jadi kencan dengan Kaoru, kedua ia tidak bisa ke toko buku untuk membeli buku favoritnya, dan yang terakhir ia kehilangan kesempatan untuk menonton musik favoritnya, semua kejadian itu membuat Tetsu semakin membenci Hujan.Di tengah amarahnya yang memuncak Tetsu mendengar  ada yang menelpon dari ruang tamu, dengan sangat malas ia mengangkat telpon tersebut dan ternyata itu adalah Neneknya.
Tetsu “ Ya ada apa Nek ? “
Nenek “ Maaf Tetsu, karena hujan yang lebat ini Nenek tidak bisa pulang cepat dan terpaksa menunggu sampai hujan ini berhenti, dan jika hujan ini tidak berhenti sampai malam nanti, terpaksa Nenek menginap di rumah teman Nenek “
Tetsu “(lagi-lagi) Tak apa Nek, aku akan baik baik saja “
Nenek “ Oh ya, Kemarin Nenek membeli sesuatu dan lupa menunjukkannya padamu “
Tetsu “ Apa itu Nek ? “
Nenek “ Nenek menyimpannya di dalam lemari di dapur “
Tetsu “ Baiklah sebentar........ Apa kotak berwana hijau ini Nek ?
Nenek “ Iya yang itu, coba buka, Nenek yakin pasti kamu suka “
Tetsu “ Gundam seri Astray Sengoku ? “
Nenek “ Kamu suka ? Saat kamu kecil kamu sering minta dibelikan mainan seperti itu, jadi Nenek membelinya untuk mengingatkanmu pada masa kecilmu “
Tetsu “ Terima kasih Nek “
“Ayah, aku ingin Gundam ini “
Tetsu “ ! ”
Nenek “ Ada apa Tetsu ? “
“Kamu kan sudah memiliki satu yang seperti ini Tetsu ? “
Nenek “ Tetsu ? “
“Tapi ini berbeda Ayah, Semua teman Tetsu sudah memiliki ini, dan hanya Tetsu yang tidak memilikinya, bahkan terkadang Tetsu sering diejek karena tidak punya Gundam ini dan masih bermain dengan Gundam yang lama”
Tetsu “.........”
“ Begitu ya, baiklah nanti akan Ayah belikan”
“Benarkah Ayah ? horeee ! “
Nenek “ Tetsu kamu masih di sanakan ? “
“ Ya, baiklah Ayah akan pergi dulu ya “
Tetsu “........”
“Ayah, Ayah mau kemana ?“
“Ayah harus pergi bekerja”
Nenek “ Tetsu kamu tidak apa apa kan ? Jangan membuat Nenek khawatir Tetsu “
Tetsu “ Nenek boleh aku bertanya ? “
Nenek “ Syukurlah kamu masih di sana. Ya silahkan, mau bertanya apa ? ”
Tetsu “ Pada hari apa Ayah meninggal ? “
Nenek “ !..... Kenapa kamu bertanya seperti itu ? “
Tetsu “ Tidak apa Nek, tolong jawab “
Nenek “ Pada hari minggu “
Tetsu “ Apa pada hari itu Ayah seharusnya bekerja ? “
Nenek “ Tidak, tapi entah kenapa pada hari itu Ayahmu memaksa untuk bekerja padahal itu hari liburnya “
Tetsu “ Begitu ya “
Nenek “ Memangnya ada apa Tets-“
Belum sempat Nenek Tetsu bertanya apa yang terjadi, Tetsu sudah menutup telponnya, ia kembali melihat Gundam yang ada ditangannya dan mengingat semua kejadian dimasa lalunya. Perlahan Tetsu berjalan keluar sambil membawa Gundam tersebut tanpa memperdulikan derasnya hujan dan ganasnya petir di langit. Saat sudah diluar rumah Tetsu langsung melihat ke arah awan yang gelap di atasnya, dan merenungkan semua yang terjadi.
“ Apa ini semua salahku ?”
“ Seharusnya pada waktu itu aku tidak merengek meminta Gundam ini “
“ Selama ini aku meyalahkan sesuatu yang seharusnya tidak bersalah ya ? ”
“ Jadi, apa akulah yang telah membunuh Ayahku sendiri ?“
“ TOLONG KATAKAN KALAU SEMUA INI BOHONG  !!!“
Setelah Tetsu berteriak terlihat petir yang mengganas di atas sana, lalu...
DUORRR !!!!!
“ Ayah, apa kau membenciku ? “

Selesai

You may like these posts

Post a Comment