Ikhlas Itu 1 Tingkat Lebih Tinggi Dari Sabar



Bagi sebagian orang menahan amarah adalah suatu hal yang sangat sulit, dan biasanya jika seseorang mampu menahan amarahnya maka ia akan mendapatkan gelar orang yang sabar. Tapi apa sabar saja cukup?
Berdasarkan pengalaman yang saya alami, dan juga mengamati lingkungan di sekitar saya. Faktanya, orang yang sabar belum tentu ikhlas.

Anggap saja begini, ada seseorang, anggap saja B, melakukan kejahatan terhadap si A, dan si A tidak membalas perbuatan buruk orang tersebut, dia hanya diam dan tidak melakukan perlawanan. Sampai akhirnya, pada suatu hari si B mengalami suatu masalah, dan entah kehendak Tuhan atau apa, si A ada di sana. Karena si A masih mengingat perbuatan si B di masa lalu, ia tidak membantu si B meskipun kondisi B Sudah sangat gawat.

Dari contoh di atas, apakah pertanyaan sebelumnya sudah tampak lebih jelas?

Saya tidak ingin menjadi orang yang munafik di sini. Saya sendiri juga pernah seperti itu, di posisi A. Dimana saya merasa, ‘Tidak apa apa’, tapi saat menemui kondisi di mana orang yang dulu pernah berbuat buruk kepada saya, saya merasa sangat berat untuk membantunya.

Apa itu yang dinamakan sabar? Jika diartikan secara umum, maka jawaban yang didapat adalah ‘Iya’, karena pada saat saya ataupun si A mendapat perlakuan buruk, kami tidak marah/langsung membalas.

Tapi apa itu bisa dikatakan Ikhlas? Menurut saya, baik si A maupun saya, entah dari awal atau saat menemui kondisi di atas, bisa dikatakan kami sama sekali tidak ikhlas.

Berdasarkan pengalaman saya berkumpul dengan beberapa orang, kasus seperti ini sering kali saya lihat. Dimana orang yang mendapat perlakuan buruk, merasa dirinya sudah sabar padahal kenyataannya masih ada penyakit dalam hatinya.

Ada 1 kisah yang secara pribadi menyadarkan saya apa itu ikhlas dan apa itu sabar.

Kisah ini berjudul, Nabi Muhammad dan Pengemis Buta.
Pada zaman penyebaran Islam yang secara langsung masih di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, ada seorang pengemis buta yang setiap harinya memakai-maki, menjelek-jelekkan, dan merendah-rendahkan Nabi Muhammad.

Lalu pada suatu hari, para sahabat Nabi yang pergi ke pasar tersebut, tidak sengaja mendengar perkataan-perkataan buruk pengemis buta tersebut. Mendengar itu, ada salah satu sahabat yang marah dan ingin menghampiri pengemis buta itu, tapi dicegah oleh sahabat lainnya. Akhirnya mereka memutuskan untuk memberitahukan hal tersebut kepada Nabi Muhammad secara langsung.

Pada keesokan harinya, Nabi menghampiri pengemis buta tersebut, dan ternyata benar apa yang dikatakan oleh sahabat-sahabatnya, di depannya, seorang pengemis yang buta mengeluarkan perkataan-perkataan yang buruk terhadap dirinya.

Disinilah momen dimana saya sadar apa itu ikhlas dan sabar. Beliau sama sekali tidak marah, tidak menyumpahinya dengan sesuatu yang buruk, atau bahkan menyuruh sahabatnya untuk menangkap pengemis tersebut. Dengan tangannya sendiri, Beliau malah memberikan makanan kepada pengemis buta tersebut, dengan lembut dan ikhlas, tanpa ada amarah sedikitpun, padahal di sela-sela pemberian makanan tersebut, si pengemis masih saja mengeluarkan perkataan buruk terhadap orang yang menyuapinya. Dan itu terus Beliau lakukan hingga beliau wafat.

Sejarah adalah kumpulan argumen berdasarkan fakta yang ada. Kita sendiri tidak tahu apa yang dikatakan si pengemis itu, kita tidak tahu seberapa tajam lidah si pengemis itu, tapi kita tahu seberapa lembut hati seorang manusia yang menerima hinaan tersebut.

Bagaimana jika sobat berapa dalam posisi seperti itu? Masihkah kalian sanggup melakukan hal yang demikian?
Karena sabar harus diiringi dengan keikhlasan.

Sekian tulisan dari saya, semoga memberikan manfaat kepada kalain yang membacanya, Terimakasih.

You may like these posts

2 comments

  1. Kiki Widayanti
    Susah memang. Tetapi, tipe orang tak tegaan biasanya bisa. Meski sakit, tetap membantu. Naif memang. Tapi begitulah fitrah kebaikan manusia bekerja. Kecuali hati sudah membatu, ini yang patut diwaspadai.
    • Lucky Arif Rahman Hakim(Lyriraki)
      Bukankah hati yang sudah membatu malah lebih ringan dalam membantu?