Penyebab Sulitnya Konsisten Terhadap Komitmen Kita?


          Oke, okeeeeee. Saya rasa judul yang saya tulis cukup membingungkan kalian, mungkin dalam hati kalian, ‘eh ini apa sih? Judul nggak jelas’. Yaah, saya sendiri bingung dengan judul yang akan saya tulis, tapi setidaknya saya paham dengan apa yang akan saya tulis *tepuk tangan.*

Pertama, kita jabarkan dulu pengertian dari 2 kata penting di atas, Konsisten dan juga Komitmen. Apa sih bedanya? Jelas beda, penulisan katanya saja sudah beda. Saya akan menjelaskan secara singkat apa itu Konsisten dan juga Komitmen berdasarkan dengan apa yang saya pahami.
Konsisten, merupakan suatu keadaan dimana kamu melakukan apa yang kamu mau secara terus menerus dalam jangka waktu yang kamu tentukan. Misal, kamu selalu memasang alarm jam 4 pagi, dan kamu mengharuskan dirimu sendiri bangun disaat itu juga lalu melakukan olahraga. Kamu berprinsip harus melakukan kegiatan tersebut sebanyak 3x dalam 1 minggu. Nah, ternyata dalam 1 minggu itu kamu hanya bisa melakukan 1x atau 2x saja dan itu terulang juga di minggu-minggu berikutnya, itu artinya kamu tidak konsisten dengan apa yang kamu tekuni/dengan prinsipmu.

Komitmen, merupakan suatu kegiatan atau rutinitas yang kamu buat sendiri dan bersifat mengikat dengan alasan untuk mencapai apa yang ingin kamu tuju. Misal, kamu bercita-cita menjadi seorang Musisi, untuk mencapai tujuan Musisi itu kamu mengharuskan dirimu sendiri untuk menguasai beberapa skill, seperti bernyanyi, bermain alat musik, bisa membaca notasi musik dll. Nah itulah yang disebut komitmen.

Bagaimana sudah paham? Pastinya sudah dooooong, dan yaaa kalaupun belum silahkan cari refrensi lain, hehe.

Apa yang ingin saya bahas disini adalah, Penyebab Sulitnya Konsisten dan juga Komitmen. Baiklah, mungkin saat kita bicara penyebab sulitnya konsisten dan juga komitmen, jawaban yang paling umum didapatkan dari kedua masalah di atas adalah malas, iya, MALAS!!

Tapi apa benar hanya itu? Saya setuju saja jika malas menjadi penyebab kita sulit untuk konsisten dan juga menekuni komitmen kita. Tapi jika itu menjadi faktor utama, saya tidak setuju dengan hal tersebut.

Jika bertanya soal faktor, pasti akan ada banyak jawaban untuk itu, seperti pergaulan baru, tiba-tiba dapat pekerjaan/tugas tambahan, deadline tugas/pekerjaan yang dekat, perubahan lingkungan baru, bahkan sampai perubahan bajahitam sama ultraman juga berpengaruh.

Ada banyak sekali kemungkinan yang bisa kita bicarakan untuk memilih mana yang menjadi faktor yang membuat kita tidak konsisten dan juga berkomitmen.

Dan setelah menjalani hidup hampir 20th ini, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa yang membuat kita tidak lagi konsisten dan komitmen terhadap apa yang kita tuju adalah, Menemukan sudut pandang baru.

Anggap saja seperti ini, adakah diantara kalian yang ingat cita-cita kalian waktu SD? Atau SMP? Atau SMA? Apakah itu masih sama? Mungkin hanya segelintir orang yang masih memegang cita-cita mereka dari kecil hingga sekarang, dan yang lain? Tentu saja goyah di tengah jalan.
Jika kalian salah satu diantara yang tidak segelintir itu, bolehkah saya bertanya apa yang mengakibatkan kalian berubah haluan?

Mustahil?

Otak tidak sampai?

Ternyata tidak sesuai ekspektasi?

Banyak saingan?

Ternyata gajinya kecil?

Keuangan?

Terhalang restu orang tua dan mertua?

Atau muak mendengar bisik-bisik tetangga?

Atau kalian ada alasan lain?

Dari berbagai pertanyaan di atas, saya tidak bisa mengambil sampel 1 diantara kalian semua, jadi saya putuskan mengambil kesimpulan kalau kalian/mungkin juga saya, mengetahui fakta baru/pengetahuan baru yang itu merubah sudut pandang kita sebelumnya. Setelah tahu semua fakta itu kita akan cenderung berfikir ulang terhadap apa yang akan kita tuju. Disinilah kita akan merasa kehilangan arah, bingung, depresi dll, sampai pada titik dimana kita jadi males ngapa-ngapain. Dan inilah kenapa ‘Malas’ selalu menjadi tersangka utama, padahal kenyataanya kita sendiri tidak tahu harus bagaimana.

Sebenarnya jika kita berbicara tentang tujuan/cita-cita/impian semua akan selesai dengan mudah jika menghubungkannya dengan takdir dan nasib, dan jawaban seperti inilah yang akan didapat jika tujuan/mimpi/cita-cita kita tidak tercapai, “Mungkin kamu memang tidak ditakdirkan untuk menjadi itu,” atau, “Mungkin memang nasibmu yang begini.”

Tapi tidak semua orang suka dengan jawaban seperti itu, seolah usaha mereka terbuang sia-sia, tanpa adanya penghargaan apapun, benar?

Memang benar sih, jika sudah masuk dalam fase membingungkan tersebut, kita mau ngapa-ngapain itu rasanya salah, nggak bener, kurang tepat dan hal negatif lainnya.

Tapi sadarkah kalian? Hal yang telah kalian usahakan tersebut tidaklah suatu yang sia-sia, itu adalah sebuah proses untuk memperbaiki diri kalian, coba saja bandingkan dengan diri kalian yang sebelum-sebelumnya.

Saat kalian difase ‘Malas’, disitulah kalian akan menemukan sudut pandang baru yang itu sekali lagi akan mengubah pandangan hidup kalian. Dimana kalian menemukan tempat atau seseorang yang benar-benar kalian cari, yang sangat ingin kalian tuju, disitulah komitmen yang baru akan terbentuk. Dan entah yang keberapa, konsistensi kalian akan kembali diuji.

You may like these posts

4 comments

  1. Wilis
    Kalo males lagi, inget aja tuh sama tujuan yang mau kamu tuju itu, sama orang yang buat kamu mau berjuang lagi. Semangat gan❤
    • Lucky Arif Rahman Hakim(Lyriraki)
      Terimakasih atas semangatmu
  2. Kiki Widayanti
    Terlalu mudah menyerah, bukan karena takdir saja. Terlalu cepat ingin terbebas dari belenggu perasaan harap cemas. Jadi memilih menyerah.

    Mangtass👍
    • Lucky Arif Rahman Hakim(Lyriraki)
      Jalan masih panjang nak